Tuesday, September 24, 2013

[yukbisnisproperti] Digest Number 2713

15 New Messages

Digest #2713
1a
Re: Lahan/ kav kerjasama by "bambang purwanto" mazpoor2002
2a
Re: GARA GARA RCTI !!! by "Mukhamad M"
2b
Re: GARA GARA RCTI !!! by "Niken Junia W" nikenjazzy1106@ymail.com
2c
Re: GARA GARA RCTI !!! by "Abilqila" resandsa
2d
Re: GARA GARA RCTI !!! by "RELINGTON LAND" relington@ymail.com
2e
2f
Re: GARA GARA RCTI !!! by "hery mardi" hery_mardi
2g
Re: GARA GARA RCTI !!! by abbas_pekayon9c
2h
Bls: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!! by "Erlangga D'HOME" erlangga_dhome
3
4a
Re: DP apakah hangus? by "@meykel - CEO PPI® Group" jualbeligadget
4b
Re: DP apakah hangus? by "tubaqus iqbal"
5a
6
GARA GARA TVRI !!! by "Wiwin Wijaya" wiwinwijaya

Messages

Mon Sep 23, 2013 5:03 am (PDT) . Posted by:

"bambang purwanto" mazpoor2002

Wasslm wr wb,

Bagaimana kalau lahannya ada di Cibinong dan Depok? Untuk pembangunan perumahan atau apartment>

Bambang

>________________________________
> From: Indra Pirlo <indra.pirlo@yahoo.com>
>To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
>Sent: Saturday, 21 September 2013, 21:00
>Subject: [yukbisnisproperti] Lahan/ kav kerjasama
>
>
>

>Halo Assalammua&#39;alaikum

>   
>
>ada teman-teman Ybp yg ingin kerjasama lahan / kav ? kalau bisa kawasan serpong
>Prosedur dan aturan mungkin kita membayar di depan 50-100 jt sisa setelah kav terjual., jika ada hub saya : 081269609352
>
>
>thnks
>sukses buat sahabat Ybp
>
>
>
>

Mon Sep 23, 2013 5:03 am (PDT) . Posted by:

"Mukhamad M"

Jadi, pak Ari Wibowo 'dibesarkan&#39; oleh RCTI tuh pak. Hehehe :D


Sent from my BlackBerry� via Smartfren EVDO Network

-----Original Message-----
From: psetiawan20006@yahoo.co.id
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Mon, 23 Sep 2013 08:04:20
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
Reply-To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: Re: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!

Pak Ari wibowo , sangat bagus banget sharingnya ,
Terima kasih atas pencerahannya , sangat berguna bagi para pemula, salam ,
Puput setiawan
Powered by Telkomsel BlackBerry�

-----Original Message-----
From: "ARI WIBOWO Jin Properti" <ariwibowoproperti@gmail.com>
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Sun, 22 Sep 2013 12:16:51
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
Reply-To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!


SIAPKAN MENTAL ANDA, BRO !!!

AW | 29E23EEA - Siang itu panas terik, saya sedang mengurusi proyek rumah murah di kota Pati yang terkenal dengan makanan nasi gandulnya. Mendadak ada sms masuk ke HP saya menawarkan lahan. Begini bunyi sms nya ;

"Pak AW, ada lahan 2 ha ditepi jalan raya Boyolali Solo dijual butuh uang oleh pemiliknya @ 200.000/m2. Bukan sawah, SHM."

Wow, murah juga nih kalau ditepi jalan raya cuma harga segitu. Mengingat saya ini typikal orang yang sangat responsif jika tahu ada opportunity bagus, maka tak menunggu lama saya langsung kontak kepada makelar tanah tersebut, mengatur waktu survei lahan. Saya langsung jadwalkan sore itu juga mau survei ke Boyolali. Dengar info bagus beginian mesti gerak cepat, supaya tak keburu disambar orang lain.

Habis makan siang di Pati, jam 13.00 tepat saya berangkat menuju Boyolali. Kudus - Demak - Semarang - Ungaran - Salatiga saya lewati. Bahkan saya tidak mampir ke rumah saya di Ungaran, demi mengejar waktu tiba di Boyolali. Saya berharap sampai disana masih sore sehingga bisa melihat dan memotret obyeknya dengan jelas. Saya janjian dengan makelar tanahnya bertemu di sebuah SPBU.

Jam 17.30 saya baru tiba disana. Sudah menjelang gelap. Buru-buru saya minta diantar ke lokasi, ternyata makelar (sebut saja Pengok, bukan nama sebenarnya, nama aslinya Amin) tersebut tidak tahu dimana obyek tanahnya. Waduuh, rupanya dia menawarkan dagangan milik sesama makelar tanah lainnya, bukan listing dagangannya sendiri.

Terpaksa saya menunggu kedatangan makelar lainnya, yang baru tiba jam 18.15. Setelah disela dengan menjalankan sholat maghrib dulu, tepat jam 18.35 kami berangkat survei.

Ternyata lahan yang ditawarkan tidak berada ditepi jalan raya Boyolali - Solo. Pak Pengok salah informasi. Kalaupun ada lahan yang dimaksudkan ditepi jalan raya Boyolali - Solo, hanya seluas 1,2 ha dan sudah diambil pihak lain untuk didirikan rumah sakit beberapa minggu yang lalu.

Makelar temannya pak Pengok tersebut mengatakan kepada saya bahwa lokasi lahannya masuk dari jalan raya kisaran 200 meter. Dia bertanya kepada saya tetap mau survei apa tidak? Jelas saya jawab mau survei meski kenyataannya sudah menyimpang dari info awal yang menyebutkan lahan berada ditepi jalan raya.

Berikutnya mobil saya mengikuti RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) yang menaiki 2 sepeda motor itu, memasuki sebuah jalan yang sepi dan gelap. Sesudah 10 menit berjalan, baru sampai ke lokasi lahan yang dimaksud. Estimasi saya jaraknya dari jalan raya hampir 1 kilometer, bukan 200 meter seperti apa kata RCTI.

Jalannya sempit kalau dilewati mobil bersimpangan. Eksisting ditumbuhi banyak gerumbul bambu. Kesannya wingit dan angker. Jarak dari rumah terdekat cukup jauh. Kesimpulan; saya tidak berminat. Kalau sekedar cari lahan macam beginian, tak perlu jauh-jauh ke Boyolali.

Sobat properti, anda mungkin membayangkan saya kecewa dan marah-marah mengalami kejadian seperti kisah diatas, kemudian mendamprat pek Pengok habis-habisan. Saya ditipu makelar tanah dengan informasi palsu yang tidak valid. Saya belain jauh-jauh datang survei dengan harapan menemukan lahan murah berlokasi strategis, nyatanya cuma disuguhi gerumbul bambu yang gelap gulita. Mungkin ada beberapa ekor genderuwo yang sedang nangkring diatas gerumbul bambu mentertawakan kedatangan saya kesitu.

Sejujurnya, saya 'agak kecewa', tapi tak sampai marah-marah apalagi ngambek kepada Rombongan Calo Tanah Indonesia (RCTI) itu. Saya tetap cool, bahkan usai survei saya masih rela mentraktir mereka makan nasi goreng babat sebagai makan malam kami.

Sobat properti, mentalitas saya sudah terlatih dan siap menghadapi kejadian-kejadian pahit akibat ulah RCTI seperti itu. Mindset saya sudah terprogram dengan pemahaman bahwa mencari lahan yang bagus dan murah (apalagi yang skim bayarnya lunak) tidaklah mudah. Perlu survei puluhan kali, mentraktir makelar puluhan kali, baru bisa ketemu lahan yang bagus dan siap dieksekusi.

Saya pernah survei lahan sampai ke Rembang, ternyata lahannya dibawah SUTET (tegangan tinggi) dan akses masuknya hanya bisa dilalui sepeda motor. Saya pernah diajak survei lahan bagus di Bekasi, saat saya menyatakan minat dan minta diantar ketemu pemilik, ternyata si pemilik menyatakan lahan tidak jadi dijual. Saya pernah ditunjukkan lahan bagus di Yogya, harganya juga cocok, sudah saya bayarkan uang tanda jadinya, eh saat lahan mau diukur baru ketahuan lokasinya salah. Yang paling banyak terjadi adalah saya suka lahannya dan cocok harganya, tapi pemilik tanah mintanya dibayar cash keras, padahal saya hanya mau bayar DP 15% dan sisanya diangsur sesuai laju penjualan.

Kekecewaan akibat ulah RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) atau ditolak penawarannya oleh pemilik tanah memang menyebalkan, tetapi tak sampai membuat saya patah arang dan malas merespon penawaran-penawaran lahan yang masuk berikutnya. Mentalitas saya sudah disiapkan mengalami kejadian seperti ini. Saya pakai rasio 50:1. Bahwa perlu survei lahan 50x, baru ketemu 1 lahan yang cocok untuk dieksekusi. Artinya saya bakal kecewa 49x guna mendapatkan 1 lahan yang mengandung 'opportunity&#39;.

Kenapa banyak pemula di bisnis property yang semula sudah rajin ikut workshop kesana kemari, dan membaca banyak literatur bisnis properti, ternyata mundur teratur sebelum sempat action? Alasannya karena mental mereka tidak terlatih menerima kekecewaan demi kekecewaan. Mereka berpikir bahwa cukup survei lahan 5 atau 6x, langsung ketemu lahan yang bisa dieksekusi. Begitu bayangan jauh dari kenyataan, passion mereka berburu lahan langsung turun. Satu demi satu pemburu lahan tersebut mundur teratur dan mendelete mimpinya menjadi pengusaha properti, sebelum sempat action sama sekali. Gara-gara RCTI, begitu kambing hitamnya. Atau mungkin malah menganggap pelajaran di workshop soal cara pinter jadi developer dengan mensiasati cara memperoleh lahan itu hanya pepesan kosong belaka.

Yang cukup beruntung biasanya adalah mereka yang didukung kemampuan permodalan melimpah, sehingga bisa membayar lahan secara tunai keras. Type seperti ini tak perlu survei lahan 50x dan mentraktir makan 50x untuk sekedar bisa mendapatkan 1 deal yang bagus. Bahkan jika beruntung ketemu penjual yang BU (butuh uang), mereka bisa mendapatkan lahan dibawah harga pasar. Tapi seberapa banyak sih peminat bisnis properti yang berstatus modal melimpah seperti ini? Yang banyak gentayangan di milist atau grup komunitas properti, biasanya justru yang modalnya cekak atau bahkan hanya bermodal skill dan membawa peluang saja.

Artikel ini sengaja saya tulis untuk memberi semangat serta motivasi kepada sobat-sobat properti (khususnya pemula) yang sedang melakukan aktivitas berburu lahan. Siapkan mentalitas anda untuk menerima kekecewaan. Jangan mudah patah arang apalagi putus asa. Jangan layu sebelum berkembang. Jangan pudar syahwat anda berburu lahan sebelum mendapatkan lahan yang bisa anda eksekusi. Selamat berjuang bro!!

PIN 29E23EEA / 25DCAE68 (banyak silaturahmi banyak rejeki)

Mon Sep 23, 2013 5:03 am (PDT) . Posted by:

"Niken Junia W" nikenjazzy1106@ymail.com

Terima Kasih Bapak .. Menjadi semangat kembali ... :).
Warm Regards,
(Niken Junia W)

We offers an integrated service:�
� Building Construction
� Architectural Design
� Mechanical & Electrical
� Interior Solution
� Marketing
� Event Organizer�

Twitter : @NikenJAzzy
My Blog:
nikenjazzy.wordpress.com
WhatsApp:
+62 8212 5606 165

-----Original Message-----
From: "Iqbal Ir - @GriyaVerde" <iqbal.ybp22@griyaverde.com>
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Mon, 23 Sep 2013 11:22:43
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
Reply-To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: Re: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!

Mantap sekali sharingnya pak...


2013/9/22 ARI WIBOWO Jin Properti <ariwibowoproperti@gmail.com>

>
>
>
> SIAPKAN MENTAL ANDA, BRO !!!
>
> AW | 29E23EEA - Siang itu panas terik, saya sedang mengurusi proyek rumah
> murah di kota Pati yang terkenal dengan makanan nasi gandulnya. Mendadak
> ada sms masuk ke HP saya menawarkan lahan. Begini bunyi sms nya ;
>
> "Pak AW, ada lahan 2 ha ditepi jalan raya Boyolali Solo dijual butuh uang
> oleh pemiliknya @ 200.000/m2. Bukan sawah, SHM."
>
> Wow, murah juga nih kalau ditepi jalan raya cuma harga segitu. Mengingat
> saya ini typikal orang yang sangat responsif jika tahu ada opportunity
> bagus, maka tak menunggu lama saya langsung kontak kepada makelar tanah
> tersebut, mengatur waktu survei lahan. Saya langsung jadwalkan sore itu
> juga mau survei ke Boyolali. Dengar info bagus beginian mesti gerak cepat,
> supaya tak keburu disambar orang lain.
>
> Habis makan siang di Pati, jam 13.00 tepat saya berangkat menuju Boyolali.
> Kudus - Demak - Semarang - Ungaran - Salatiga saya lewati. Bahkan saya
> tidak mampir ke rumah saya di Ungaran, demi mengejar waktu tiba di
> Boyolali. Saya berharap sampai disana masih sore sehingga bisa melihat dan
> memotret obyeknya dengan jelas. Saya janjian dengan makelar tanahnya
> bertemu di sebuah SPBU.
>
> Jam 17.30 saya baru tiba disana. Sudah menjelang gelap. Buru-buru saya
> minta diantar ke lokasi, ternyata makelar (sebut saja Pengok, bukan nama
> sebenarnya, nama aslinya Amin) tersebut tidak tahu dimana obyek tanahnya.
> Waduuh, rupanya dia menawarkan dagangan milik sesama makelar tanah lainnya,
> bukan listing dagangannya sendiri.
>
> Terpaksa saya menunggu kedatangan makelar lainnya, yang baru tiba jam
> 18.15. Setelah disela dengan menjalankan sholat maghrib dulu, tepat jam
> 18.35 kami berangkat survei.
>
> Ternyata lahan yang ditawarkan tidak berada ditepi jalan raya Boyolali -
> Solo. Pak Pengok salah informasi. Kalaupun ada lahan yang dimaksudkan
> ditepi jalan raya Boyolali - Solo, hanya seluas 1,2 ha dan sudah diambil
> pihak lain untuk didirikan rumah sakit beberapa minggu yang lalu.
>
> Makelar temannya pak Pengok tersebut mengatakan kepada saya bahwa lokasi
> lahannya masuk dari jalan raya kisaran 200 meter. Dia bertanya kepada saya
> tetap mau survei apa tidak? Jelas saya jawab mau survei meski kenyataannya
> sudah menyimpang dari info awal yang menyebutkan lahan berada ditepi jalan
> raya.
>
> Berikutnya mobil saya mengikuti RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) yang
> menaiki 2 sepeda motor itu, memasuki sebuah jalan yang sepi dan gelap.
> Sesudah 10 menit berjalan, baru sampai ke lokasi lahan yang dimaksud.
> Estimasi saya jaraknya dari jalan raya hampir 1 kilometer, bukan 200 meter
> seperti apa kata RCTI.
>
> Jalannya sempit kalau dilewati mobil bersimpangan. Eksisting ditumbuhi
> banyak gerumbul bambu. Kesannya wingit dan angker. Jarak dari rumah
> terdekat cukup jauh. Kesimpulan; saya tidak berminat. Kalau sekedar cari
> lahan macam beginian, tak perlu jauh-jauh ke Boyolali.
>
> Sobat properti, anda mungkin membayangkan saya kecewa dan marah-marah
> mengalami kejadian seperti kisah diatas, kemudian mendamprat pek Pengok
> habis-habisan. Saya ditipu makelar tanah dengan informasi palsu yang tidak
> valid. Saya belain jauh-jauh datang survei dengan harapan menemukan lahan
> murah berlokasi strategis, nyatanya cuma disuguhi gerumbul bambu yang gelap
> gulita. Mungkin ada beberapa ekor genderuwo yang sedang nangkring diatas
> gerumbul bambu mentertawakan kedatangan saya kesitu.
>
> Sejujurnya, saya 'agak kecewa', tapi tak sampai marah-marah apalagi
> ngambek kepada Rombongan Calo Tanah Indonesia (RCTI) itu. Saya tetap cool,
> bahkan usai survei saya masih rela mentraktir mereka makan nasi goreng
> babat sebagai makan malam kami.
>
> Sobat properti, mentalitas saya sudah terlatih dan siap menghadapi
> kejadian-kejadian pahit akibat ulah RCTI seperti itu. Mindset saya sudah
> terprogram dengan pemahaman bahwa mencari lahan yang bagus dan murah
> (apalagi yang skim bayarnya lunak) tidaklah mudah. Perlu survei puluhan
> kali, mentraktir makelar puluhan kali, baru bisa ketemu lahan yang bagus
> dan siap dieksekusi.
>
> Saya pernah survei lahan sampai ke Rembang, ternyata lahannya dibawah
> SUTET (tegangan tinggi) dan akses masuknya hanya bisa dilalui sepeda motor.
> Saya pernah diajak survei lahan bagus di Bekasi, saat saya menyatakan minat
> dan minta diantar ketemu pemilik, ternyata si pemilik menyatakan lahan
> tidak jadi dijual. Saya pernah ditunjukkan lahan bagus di Yogya, harganya
> juga cocok, sudah saya bayarkan uang tanda jadinya, eh saat lahan mau
> diukur baru ketahuan lokasinya salah. Yang paling banyak terjadi adalah
> saya suka lahannya dan cocok harganya, tapi pemilik tanah mintanya dibayar
> cash keras, padahal saya hanya mau bayar DP 15% dan sisanya diangsur sesuai
> laju penjualan.
>
> Kekecewaan akibat ulah RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) atau ditolak
> penawarannya oleh pemilik tanah memang menyebalkan, tetapi tak sampai
> membuat saya patah arang dan malas merespon penawaran-penawaran lahan yang
> masuk berikutnya. Mentalitas saya sudah disiapkan mengalami kejadian
> seperti ini. Saya pakai rasio 50:1. Bahwa perlu survei lahan 50x, baru
> ketemu 1 lahan yang cocok untuk dieksekusi. Artinya saya bakal kecewa 49x
> guna mendapatkan 1 lahan yang mengandung 'opportunity&#39;.
>
> Kenapa banyak pemula di bisnis property yang semula sudah rajin ikut
> workshop kesana kemari, dan membaca banyak literatur bisnis properti,
> ternyata mundur teratur sebelum sempat action? Alasannya karena mental
> mereka tidak terlatih menerima kekecewaan demi kekecewaan. Mereka berpikir
> bahwa cukup survei lahan 5 atau 6x, langsung ketemu lahan yang bisa
> dieksekusi. Begitu bayangan jauh dari kenyataan, passion mereka berburu
> lahan langsung turun. Satu demi satu pemburu lahan tersebut mundur teratur
> dan mendelete mimpinya menjadi pengusaha properti, sebelum sempat action
> sama sekali. Gara-gara RCTI, begitu kambing hitamnya. Atau mungkin malah
> menganggap pelajaran di workshop soal cara pinter jadi developer dengan
> mensiasati cara memperoleh lahan itu hanya pepesan kosong belaka.
>
> Yang cukup beruntung biasanya adalah mereka yang didukung kemampuan
> permodalan melimpah, sehingga bisa membayar lahan secara tunai keras. Type
> seperti ini tak perlu survei lahan 50x dan mentraktir makan 50x untuk
> sekedar bisa mendapatkan 1 deal yang bagus. Bahkan jika beruntung ketemu
> penjual yang BU (butuh uang), mereka bisa mendapatkan lahan dibawah harga
> pasar. Tapi seberapa banyak sih peminat bisnis properti yang berstatus
> modal melimpah seperti ini? Yang banyak gentayangan di milist atau grup
> komunitas properti, biasanya justru yang modalnya cekak atau bahkan hanya
> bermodal skill dan membawa peluang saja.
>
> Artikel ini sengaja saya tulis untuk memberi semangat serta motivasi
> kepada sobat-sobat properti (khususnya pemula) yang sedang melakukan
> aktivitas berburu lahan. Siapkan mentalitas anda untuk menerima kekecewaan.
> Jangan mudah patah arang apalagi putus asa. Jangan layu sebelum berkembang.
> Jangan pudar syahwat anda berburu lahan sebelum mendapatkan lahan yang bisa
> anda eksekusi. Selamat berjuang bro!!
>
> PIN 29E23EEA / 25DCAE68 (banyak silaturahmi banyak rejeki)
>
>

Mon Sep 23, 2013 5:04 am (PDT) . Posted by:

"Abilqila" resandsa

Saya pun pernah mengalami hal yg sama. Dr bogor berangkat ke bandung dari bandung berangkat ke subang melalui lembang.
Lumayan melelahkan 6 jam perjalanan , hanya untuk survey lahan yang kata anak pemilik siap kerjasama murni.

Hehehee....setelah perjalanan yg jauh baru tersenyum dan berkata dalam hati..pantas saja ditawarkan skim kerjasama ..karena lahan terletak didalam tanah orang lain dan tidak mempunyai jalan sendiri.
Yang lebih menyeramkan , jalan menuju ke lokasi harus memasuki pintu gerbang kuburan umum terlebih dahulu baru kita sampai ke tanah tersebut.

Tetap semangat ...pantang menyerah . Lahan banyak yang kerjasama juga banyak. Hanya tunggu takdir kerjasama menemui anda semua

"Iqbal Ir - @GriyaVerde" <iqbal.ybp22@griyaverde.com> menulis:

>Mantap sekali sharingnya pak...
>
>
>2013/9/22 ARI WIBOWO Jin Properti <ariwibowoproperti@gmail.com>
>
>>
>>
>>
>> SIAPKAN MENTAL ANDA, BRO !!!
>>
>> AW | 29E23EEA - Siang itu panas terik, saya sedang mengurusi proyek rumah
>> murah di kota Pati yang terkenal dengan makanan nasi gandulnya. Mendadak
>> ada sms masuk ke HP saya menawarkan lahan. Begini bunyi sms nya ;
>>
>> "Pak AW, ada lahan 2 ha ditepi jalan raya Boyolali Solo dijual butuh uang
>> oleh pemiliknya @ 200.000/m2. Bukan sawah, SHM."
>>
>> Wow, murah juga nih kalau ditepi jalan raya cuma harga segitu. Mengingat
>> saya ini typikal orang yang sangat responsif jika tahu ada opportunity
>> bagus, maka tak menunggu lama saya langsung kontak kepada makelar tanah
>> tersebut, mengatur waktu survei lahan. Saya langsung jadwalkan sore itu
>> juga mau survei ke Boyolali. Dengar info bagus beginian mesti gerak cepat,
>> supaya tak keburu disambar orang lain.
>>
>> Habis makan siang di Pati, jam 13.00 tepat saya berangkat menuju Boyolali.
>> Kudus - Demak - Semarang - Ungaran - Salatiga saya lewati. Bahkan saya
>> tidak mampir ke rumah saya di Ungaran, demi mengejar waktu tiba di
>> Boyolali. Saya berharap sampai disana masih sore sehingga bisa melihat dan
>> memotret obyeknya dengan jelas. Saya janjian dengan makelar tanahnya
>> bertemu di sebuah SPBU.
>>
>> Jam 17.30 saya baru tiba disana. Sudah menjelang gelap. Buru-buru saya
>> minta diantar ke lokasi, ternyata makelar (sebut saja Pengok, bukan nama
>> sebenarnya, nama aslinya Amin) tersebut tidak tahu dimana obyek tanahnya.
>> Waduuh, rupanya dia menawarkan dagangan milik sesama makelar tanah lainnya,
>> bukan listing dagangannya sendiri.
>>
>> Terpaksa saya menunggu kedatangan makelar lainnya, yang baru tiba jam
>> 18.15. Setelah disela dengan menjalankan sholat maghrib dulu, tepat jam
>> 18.35 kami berangkat survei.
>>
>> Ternyata lahan yang ditawarkan tidak berada ditepi jalan raya Boyolali -
>> Solo. Pak Pengok salah informasi. Kalaupun ada lahan yang dimaksudkan
>> ditepi jalan raya Boyolali - Solo, hanya seluas 1,2 ha dan sudah diambil
>> pihak lain untuk didirikan rumah sakit beberapa minggu yang lalu.
>>
>> Makelar temannya pak Pengok tersebut mengatakan kepada saya bahwa lokasi
>> lahannya masuk dari jalan raya kisaran 200 meter. Dia bertanya kepada saya
>> tetap mau survei apa tidak? Jelas saya jawab mau survei meski kenyataannya
>> sudah menyimpang dari info awal yang menyebutkan lahan berada ditepi jalan
>> raya.
>>
>> Berikutnya mobil saya mengikuti RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) yang
>> menaiki 2 sepeda motor itu, memasuki sebuah jalan yang sepi dan gelap.
>> Sesudah 10 menit berjalan, baru sampai ke lokasi lahan yang dimaksud.
>> Estimasi saya jaraknya dari jalan raya hampir 1 kilometer, bukan 200 meter
>> seperti apa kata RCTI.
>>
>> Jalannya sempit kalau dilewati mobil bersimpangan. Eksisting ditumbuhi
>> banyak gerumbul bambu. Kesannya wingit dan angker. Jarak dari rumah
>> terdekat cukup jauh. Kesimpulan; saya tidak berminat. Kalau sekedar cari
>> lahan macam beginian, tak perlu jauh-jauh ke Boyolali.
>>
>> Sobat properti, anda mungkin membayangkan saya kecewa dan marah-marah
>> mengalami kejadian seperti kisah diatas, kemudian mendamprat pek Pengok
>> habis-habisan. Saya ditipu makelar tanah dengan informasi palsu yang tidak
>> valid. Saya belain jauh-jauh datang survei dengan harapan menemukan lahan
>> murah berlokasi strategis, nyatanya cuma disuguhi gerumbul bambu yang gelap
>> gulita. Mungkin ada beberapa ekor genderuwo yang sedang nangkring diatas
>> gerumbul bambu mentertawakan kedatangan saya kesitu.
>>
>> Sejujurnya, saya 'agak kecewa', tapi tak sampai marah-marah apalagi
>> ngambek kepada Rombongan Calo Tanah Indonesia (RCTI) itu. Saya tetap cool,
>> bahkan usai survei saya masih rela mentraktir mereka makan nasi goreng
>> babat sebagai makan malam kami.
>>
>> Sobat properti, mentalitas saya sudah terlatih dan siap menghadapi
>> kejadian-kejadian pahit akibat ulah RCTI seperti itu. Mindset saya sudah
>> terprogram dengan pemahaman bahwa mencari lahan yang bagus dan murah
>> (apalagi yang skim bayarnya lunak) tidaklah mudah. Perlu survei puluhan
>> kali, mentraktir makelar puluhan kali, baru bisa ketemu lahan yang bagus
>> dan siap dieksekusi.
>>
>> Saya pernah survei lahan sampai ke Rembang, ternyata lahannya dibawah
>> SUTET (tegangan tinggi) dan akses masuknya hanya bisa dilalui sepeda motor.
>> Saya pernah diajak survei lahan bagus di Bekasi, saat saya menyatakan minat
>> dan minta diantar ketemu pemilik, ternyata si pemilik menyatakan lahan
>> tidak jadi dijual. Saya pernah ditunjukkan lahan bagus di Yogya, harganya
>> juga cocok, sudah saya bayarkan uang tanda jadinya, eh saat lahan mau
>> diukur baru ketahuan lokasinya salah. Yang paling banyak terjadi adalah
>> saya suka lahannya dan cocok harganya, tapi pemilik tanah mintanya dibayar
>> cash keras, padahal saya hanya mau bayar DP 15% dan sisanya diangsur sesuai
>> laju penjualan.
>>
>> Kekecewaan akibat ulah RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) atau ditolak
>> penawarannya oleh pemilik tanah memang menyebalkan, tetapi tak sampai
>> membuat saya patah arang dan malas merespon penawaran-penawaran lahan yang
>> masuk berikutnya. Mentalitas saya sudah disiapkan mengalami kejadian
>> seperti ini. Saya pakai rasio 50:1. Bahwa perlu survei lahan 50x, baru
>> ketemu 1 lahan yang cocok untuk dieksekusi. Artinya saya bakal kecewa 49x
>> guna mendapatkan 1 lahan yang mengandung 'opportunity&#39;.
>>
>> Kenapa banyak pemula di bisnis property yang semula sudah rajin ikut
>> workshop kesana kemari, dan membaca banyak literatur bisnis properti,
>> ternyata mundur teratur sebelum sempat action? Alasannya karena mental
>> mereka tidak terlatih menerima kekecewaan demi kekecewaan. Mereka berpikir
>> bahwa cukup survei lahan 5 atau 6x, langsung ketemu lahan yang bisa
>> dieksekusi. Begitu bayangan jauh dari kenyataan, passion mereka berburu
>> lahan langsung turun. Satu demi satu pemburu lahan tersebut mundur teratur
>> dan mendelete mimpinya menjadi pengusaha properti, sebelum sempat action
>> sama sekali. Gara-gara RCTI, begitu kambing hitamnya. Atau mungkin malah
>> menganggap pelajaran di workshop soal cara pinter jadi developer dengan
>> mensiasati cara memperoleh lahan itu hanya pepesan kosong belaka.
>>
>> Yang cukup beruntung biasanya adalah mereka yang didukung kemampuan
>> permodalan melimpah, sehingga bisa membayar lahan secara tunai keras. Type
>> seperti ini tak perlu survei lahan 50x dan mentraktir makan 50x untuk
>> sekedar bisa mendapatkan 1 deal yang bagus. Bahkan jika beruntung ketemu
>> penjual yang BU (butuh uang), mereka bisa mendapatkan lahan dibawah harga
>> pasar. Tapi seberapa banyak sih peminat bisnis properti yang berstatus
>> modal melimpah seperti ini? Yang banyak gentayangan di milist atau grup
>> komunitas properti, biasanya justru yang modalnya cekak atau bahkan hanya
>> bermodal skill dan membawa peluang saja.
>>
>> Artikel ini sengaja saya tulis untuk memberi semangat serta motivasi
>> kepada sobat-sobat properti (khususnya pemula) yang sedang melakukan
>> aktivitas berburu lahan. Siapkan mentalitas anda untuk menerima kekecewaan.
>> Jangan mudah patah arang apalagi putus asa. Jangan layu sebelum berkembang.
>> Jangan pudar syahwat anda berburu lahan sebelum mendapatkan lahan yang bisa
>> anda eksekusi. Selamat berjuang bro!!
>>
>> PIN 29E23EEA / 25DCAE68 (banyak silaturahmi banyak rejeki)
>>
>>

Mon Sep 23, 2013 5:06 am (PDT) . Posted by:

"RELINGTON LAND" relington@ymail.com

Itu namanya belajar, pengalaman.
Tidak bisa didapat dibangku sekolah/kuliah.

Tidak semua kata RCTI serta merta kita langsung survey.

Cari teman untuk survey terlebih dahulu yg mengerti wilayah tersebut.



RELINGTON LAND
Land Management
Investment
Development

www.relingtonland.com

-----Original Message-----
From: "Iqbal Ir - @GriyaVerde" <iqbal.ybp22@griyaverde.com>
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Mon, 23 Sep 2013 11:22:43
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
Reply-To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: Re: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!

Mantap sekali sharingnya pak...


2013/9/22 ARI WIBOWO Jin Properti <ariwibowoproperti@gmail.com>

>
>
>
> SIAPKAN MENTAL ANDA, BRO !!!
>
> AW | 29E23EEA - Siang itu panas terik, saya sedang mengurusi proyek rumah
> murah di kota Pati yang terkenal dengan makanan nasi gandulnya. Mendadak
> ada sms masuk ke HP saya menawarkan lahan. Begini bunyi sms nya ;
>
> "Pak AW, ada lahan 2 ha ditepi jalan raya Boyolali Solo dijual butuh uang
> oleh pemiliknya @ 200.000/m2. Bukan sawah, SHM."
>
> Wow, murah juga nih kalau ditepi jalan raya cuma harga segitu. Mengingat
> saya ini typikal orang yang sangat responsif jika tahu ada opportunity
> bagus, maka tak menunggu lama saya langsung kontak kepada makelar tanah
> tersebut, mengatur waktu survei lahan. Saya langsung jadwalkan sore itu
> juga mau survei ke Boyolali. Dengar info bagus beginian mesti gerak cepat,
> supaya tak keburu disambar orang lain.
>
> Habis makan siang di Pati, jam 13.00 tepat saya berangkat menuju Boyolali.
> Kudus - Demak - Semarang - Ungaran - Salatiga saya lewati. Bahkan saya
> tidak mampir ke rumah saya di Ungaran, demi mengejar waktu tiba di
> Boyolali. Saya berharap sampai disana masih sore sehingga bisa melihat dan
> memotret obyeknya dengan jelas. Saya janjian dengan makelar tanahnya
> bertemu di sebuah SPBU.
>
> Jam 17.30 saya baru tiba disana. Sudah menjelang gelap. Buru-buru saya
> minta diantar ke lokasi, ternyata makelar (sebut saja Pengok, bukan nama
> sebenarnya, nama aslinya Amin) tersebut tidak tahu dimana obyek tanahnya.
> Waduuh, rupanya dia menawarkan dagangan milik sesama makelar tanah lainnya,
> bukan listing dagangannya sendiri.
>
> Terpaksa saya menunggu kedatangan makelar lainnya, yang baru tiba jam
> 18.15. Setelah disela dengan menjalankan sholat maghrib dulu, tepat jam
> 18.35 kami berangkat survei.
>
> Ternyata lahan yang ditawarkan tidak berada ditepi jalan raya Boyolali -
> Solo. Pak Pengok salah informasi. Kalaupun ada lahan yang dimaksudkan
> ditepi jalan raya Boyolali - Solo, hanya seluas 1,2 ha dan sudah diambil
> pihak lain untuk didirikan rumah sakit beberapa minggu yang lalu.
>
> Makelar temannya pak Pengok tersebut mengatakan kepada saya bahwa lokasi
> lahannya masuk dari jalan raya kisaran 200 meter. Dia bertanya kepada saya
> tetap mau survei apa tidak? Jelas saya jawab mau survei meski kenyataannya
> sudah menyimpang dari info awal yang menyebutkan lahan berada ditepi jalan
> raya.
>
> Berikutnya mobil saya mengikuti RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) yang
> menaiki 2 sepeda motor itu, memasuki sebuah jalan yang sepi dan gelap.
> Sesudah 10 menit berjalan, baru sampai ke lokasi lahan yang dimaksud.
> Estimasi saya jaraknya dari jalan raya hampir 1 kilometer, bukan 200 meter
> seperti apa kata RCTI.
>
> Jalannya sempit kalau dilewati mobil bersimpangan. Eksisting ditumbuhi
> banyak gerumbul bambu. Kesannya wingit dan angker. Jarak dari rumah
> terdekat cukup jauh. Kesimpulan; saya tidak berminat. Kalau sekedar cari
> lahan macam beginian, tak perlu jauh-jauh ke Boyolali.
>
> Sobat properti, anda mungkin membayangkan saya kecewa dan marah-marah
> mengalami kejadian seperti kisah diatas, kemudian mendamprat pek Pengok
> habis-habisan. Saya ditipu makelar tanah dengan informasi palsu yang tidak
> valid. Saya belain jauh-jauh datang survei dengan harapan menemukan lahan
> murah berlokasi strategis, nyatanya cuma disuguhi gerumbul bambu yang gelap
> gulita. Mungkin ada beberapa ekor genderuwo yang sedang nangkring diatas
> gerumbul bambu mentertawakan kedatangan saya kesitu.
>
> Sejujurnya, saya 'agak kecewa', tapi tak sampai marah-marah apalagi
> ngambek kepada Rombongan Calo Tanah Indonesia (RCTI) itu. Saya tetap cool,
> bahkan usai survei saya masih rela mentraktir mereka makan nasi goreng
> babat sebagai makan malam kami.
>
> Sobat properti, mentalitas saya sudah terlatih dan siap menghadapi
> kejadian-kejadian pahit akibat ulah RCTI seperti itu. Mindset saya sudah
> terprogram dengan pemahaman bahwa mencari lahan yang bagus dan murah
> (apalagi yang skim bayarnya lunak) tidaklah mudah. Perlu survei puluhan
> kali, mentraktir makelar puluhan kali, baru bisa ketemu lahan yang bagus
> dan siap dieksekusi.
>
> Saya pernah survei lahan sampai ke Rembang, ternyata lahannya dibawah
> SUTET (tegangan tinggi) dan akses masuknya hanya bisa dilalui sepeda motor.
> Saya pernah diajak survei lahan bagus di Bekasi, saat saya menyatakan minat
> dan minta diantar ketemu pemilik, ternyata si pemilik menyatakan lahan
> tidak jadi dijual. Saya pernah ditunjukkan lahan bagus di Yogya, harganya
> juga cocok, sudah saya bayarkan uang tanda jadinya, eh saat lahan mau
> diukur baru ketahuan lokasinya salah. Yang paling banyak terjadi adalah
> saya suka lahannya dan cocok harganya, tapi pemilik tanah mintanya dibayar
> cash keras, padahal saya hanya mau bayar DP 15% dan sisanya diangsur sesuai
> laju penjualan.
>
> Kekecewaan akibat ulah RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) atau ditolak
> penawarannya oleh pemilik tanah memang menyebalkan, tetapi tak sampai
> membuat saya patah arang dan malas merespon penawaran-penawaran lahan yang
> masuk berikutnya. Mentalitas saya sudah disiapkan mengalami kejadian
> seperti ini. Saya pakai rasio 50:1. Bahwa perlu survei lahan 50x, baru
> ketemu 1 lahan yang cocok untuk dieksekusi. Artinya saya bakal kecewa 49x
> guna mendapatkan 1 lahan yang mengandung 'opportunity&#39;.
>
> Kenapa banyak pemula di bisnis property yang semula sudah rajin ikut
> workshop kesana kemari, dan membaca banyak literatur bisnis properti,
> ternyata mundur teratur sebelum sempat action? Alasannya karena mental
> mereka tidak terlatih menerima kekecewaan demi kekecewaan. Mereka berpikir
> bahwa cukup survei lahan 5 atau 6x, langsung ketemu lahan yang bisa
> dieksekusi. Begitu bayangan jauh dari kenyataan, passion mereka berburu
> lahan langsung turun. Satu demi satu pemburu lahan tersebut mundur teratur
> dan mendelete mimpinya menjadi pengusaha properti, sebelum sempat action
> sama sekali. Gara-gara RCTI, begitu kambing hitamnya. Atau mungkin malah
> menganggap pelajaran di workshop soal cara pinter jadi developer dengan
> mensiasati cara memperoleh lahan itu hanya pepesan kosong belaka.
>
> Yang cukup beruntung biasanya adalah mereka yang didukung kemampuan
> permodalan melimpah, sehingga bisa membayar lahan secara tunai keras. Type
> seperti ini tak perlu survei lahan 50x dan mentraktir makan 50x untuk
> sekedar bisa mendapatkan 1 deal yang bagus. Bahkan jika beruntung ketemu
> penjual yang BU (butuh uang), mereka bisa mendapatkan lahan dibawah harga
> pasar. Tapi seberapa banyak sih peminat bisnis properti yang berstatus
> modal melimpah seperti ini? Yang banyak gentayangan di milist atau grup
> komunitas properti, biasanya justru yang modalnya cekak atau bahkan hanya
> bermodal skill dan membawa peluang saja.
>
> Artikel ini sengaja saya tulis untuk memberi semangat serta motivasi
> kepada sobat-sobat properti (khususnya pemula) yang sedang melakukan
> aktivitas berburu lahan. Siapkan mentalitas anda untuk menerima kekecewaan.
> Jangan mudah patah arang apalagi putus asa. Jangan layu sebelum berkembang.
> Jangan pudar syahwat anda berburu lahan sebelum mendapatkan lahan yang bisa
> anda eksekusi. Selamat berjuang bro!!
>
> PIN 29E23EEA / 25DCAE68 (banyak silaturahmi banyak rejeki)
>
>

Mon Sep 23, 2013 5:07 am (PDT) . Posted by:

sodikin55

Terima kasih pak ari atas sharingnya
Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "ARI WIBOWO Jin Properti" <ariwibowoproperti@gmail.com>
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Sun, 22 Sep 2013 12:16:51
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
Reply-To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!


SIAPKAN MENTAL ANDA, BRO !!!

AW | 29E23EEA - Siang itu panas terik, saya sedang mengurusi proyek rumah murah di kota Pati yang terkenal dengan makanan nasi gandulnya. Mendadak ada sms masuk ke HP saya menawarkan lahan. Begini bunyi sms nya ;

"Pak AW, ada lahan 2 ha ditepi jalan raya Boyolali Solo dijual butuh uang oleh pemiliknya @ 200.000/m2. Bukan sawah, SHM."

Wow, murah juga nih kalau ditepi jalan raya cuma harga segitu. Mengingat saya ini typikal orang yang sangat responsif jika tahu ada opportunity bagus, maka tak menunggu lama saya langsung kontak kepada makelar tanah tersebut, mengatur waktu survei lahan. Saya langsung jadwalkan sore itu juga mau survei ke Boyolali. Dengar info bagus beginian mesti gerak cepat, supaya tak keburu disambar orang lain.

Habis makan siang di Pati, jam 13.00 tepat saya berangkat menuju Boyolali. Kudus - Demak - Semarang - Ungaran - Salatiga saya lewati. Bahkan saya tidak mampir ke rumah saya di Ungaran, demi mengejar waktu tiba di Boyolali. Saya berharap sampai disana masih sore sehingga bisa melihat dan memotret obyeknya dengan jelas. Saya janjian dengan makelar tanahnya bertemu di sebuah SPBU.

Jam 17.30 saya baru tiba disana. Sudah menjelang gelap. Buru-buru saya minta diantar ke lokasi, ternyata makelar (sebut saja Pengok, bukan nama sebenarnya, nama aslinya Amin) tersebut tidak tahu dimana obyek tanahnya. Waduuh, rupanya dia menawarkan dagangan milik sesama makelar tanah lainnya, bukan listing dagangannya sendiri.

Terpaksa saya menunggu kedatangan makelar lainnya, yang baru tiba jam 18.15. Setelah disela dengan menjalankan sholat maghrib dulu, tepat jam 18.35 kami berangkat survei.

Ternyata lahan yang ditawarkan tidak berada ditepi jalan raya Boyolali - Solo. Pak Pengok salah informasi. Kalaupun ada lahan yang dimaksudkan ditepi jalan raya Boyolali - Solo, hanya seluas 1,2 ha dan sudah diambil pihak lain untuk didirikan rumah sakit beberapa minggu yang lalu.

Makelar temannya pak Pengok tersebut mengatakan kepada saya bahwa lokasi lahannya masuk dari jalan raya kisaran 200 meter. Dia bertanya kepada saya tetap mau survei apa tidak? Jelas saya jawab mau survei meski kenyataannya sudah menyimpang dari info awal yang menyebutkan lahan berada ditepi jalan raya.

Berikutnya mobil saya mengikuti RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) yang menaiki 2 sepeda motor itu, memasuki sebuah jalan yang sepi dan gelap. Sesudah 10 menit berjalan, baru sampai ke lokasi lahan yang dimaksud. Estimasi saya jaraknya dari jalan raya hampir 1 kilometer, bukan 200 meter seperti apa kata RCTI.

Jalannya sempit kalau dilewati mobil bersimpangan. Eksisting ditumbuhi banyak gerumbul bambu. Kesannya wingit dan angker. Jarak dari rumah terdekat cukup jauh. Kesimpulan; saya tidak berminat. Kalau sekedar cari lahan macam beginian, tak perlu jauh-jauh ke Boyolali.

Sobat properti, anda mungkin membayangkan saya kecewa dan marah-marah mengalami kejadian seperti kisah diatas, kemudian mendamprat pek Pengok habis-habisan. Saya ditipu makelar tanah dengan informasi palsu yang tidak valid. Saya belain jauh-jauh datang survei dengan harapan menemukan lahan murah berlokasi strategis, nyatanya cuma disuguhi gerumbul bambu yang gelap gulita. Mungkin ada beberapa ekor genderuwo yang sedang nangkring diatas gerumbul bambu mentertawakan kedatangan saya kesitu.

Sejujurnya, saya 'agak kecewa', tapi tak sampai marah-marah apalagi ngambek kepada Rombongan Calo Tanah Indonesia (RCTI) itu. Saya tetap cool, bahkan usai survei saya masih rela mentraktir mereka makan nasi goreng babat sebagai makan malam kami.

Sobat properti, mentalitas saya sudah terlatih dan siap menghadapi kejadian-kejadian pahit akibat ulah RCTI seperti itu. Mindset saya sudah terprogram dengan pemahaman bahwa mencari lahan yang bagus dan murah (apalagi yang skim bayarnya lunak) tidaklah mudah. Perlu survei puluhan kali, mentraktir makelar puluhan kali, baru bisa ketemu lahan yang bagus dan siap dieksekusi.

Saya pernah survei lahan sampai ke Rembang, ternyata lahannya dibawah SUTET (tegangan tinggi) dan akses masuknya hanya bisa dilalui sepeda motor. Saya pernah diajak survei lahan bagus di Bekasi, saat saya menyatakan minat dan minta diantar ketemu pemilik, ternyata si pemilik menyatakan lahan tidak jadi dijual. Saya pernah ditunjukkan lahan bagus di Yogya, harganya juga cocok, sudah saya bayarkan uang tanda jadinya, eh saat lahan mau diukur baru ketahuan lokasinya salah. Yang paling banyak terjadi adalah saya suka lahannya dan cocok harganya, tapi pemilik tanah mintanya dibayar cash keras, padahal saya hanya mau bayar DP 15% dan sisanya diangsur sesuai laju penjualan.

Kekecewaan akibat ulah RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) atau ditolak penawarannya oleh pemilik tanah memang menyebalkan, tetapi tak sampai membuat saya patah arang dan malas merespon penawaran-penawaran lahan yang masuk berikutnya. Mentalitas saya sudah disiapkan mengalami kejadian seperti ini. Saya pakai rasio 50:1. Bahwa perlu survei lahan 50x, baru ketemu 1 lahan yang cocok untuk dieksekusi. Artinya saya bakal kecewa 49x guna mendapatkan 1 lahan yang mengandung 'opportunity&#39;.

Kenapa banyak pemula di bisnis property yang semula sudah rajin ikut workshop kesana kemari, dan membaca banyak literatur bisnis properti, ternyata mundur teratur sebelum sempat action? Alasannya karena mental mereka tidak terlatih menerima kekecewaan demi kekecewaan. Mereka berpikir bahwa cukup survei lahan 5 atau 6x, langsung ketemu lahan yang bisa dieksekusi. Begitu bayangan jauh dari kenyataan, passion mereka berburu lahan langsung turun. Satu demi satu pemburu lahan tersebut mundur teratur dan mendelete mimpinya menjadi pengusaha properti, sebelum sempat action sama sekali. Gara-gara RCTI, begitu kambing hitamnya. Atau mungkin malah menganggap pelajaran di workshop soal cara pinter jadi developer dengan mensiasati cara memperoleh lahan itu hanya pepesan kosong belaka.

Yang cukup beruntung biasanya adalah mereka yang didukung kemampuan permodalan melimpah, sehingga bisa membayar lahan secara tunai keras. Type seperti ini tak perlu survei lahan 50x dan mentraktir makan 50x untuk sekedar bisa mendapatkan 1 deal yang bagus. Bahkan jika beruntung ketemu penjual yang BU (butuh uang), mereka bisa mendapatkan lahan dibawah harga pasar. Tapi seberapa banyak sih peminat bisnis properti yang berstatus modal melimpah seperti ini? Yang banyak gentayangan di milist atau grup komunitas properti, biasanya justru yang modalnya cekak atau bahkan hanya bermodal skill dan membawa peluang saja.

Artikel ini sengaja saya tulis untuk memberi semangat serta motivasi kepada sobat-sobat properti (khususnya pemula) yang sedang melakukan aktivitas berburu lahan. Siapkan mentalitas anda untuk menerima kekecewaan. Jangan mudah patah arang apalagi putus asa. Jangan layu sebelum berkembang. Jangan pudar syahwat anda berburu lahan sebelum mendapatkan lahan yang bisa anda eksekusi. Selamat berjuang bro!!

PIN 29E23EEA / 25DCAE68 (banyak silaturahmi banyak rejeki)

Tue Sep 24, 2013 2:01 am (PDT) . Posted by:

"hery mardi" hery_mardi

MUANTAB HABIS PITUTUR-NYA. MTR NWN

Tue Sep 24, 2013 2:02 am (PDT) . Posted by:

abbas_pekayon9c

Mantab banget pak Ari motivasinya.....


Sukses terus buat pak Ari, juga semua rekan2 Milis YBP termasuk saya yg msh cari terus belum action.. Hehehe..


Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "ARI WIBOWO Jin Properti" <ariwibowoproperti@gmail.com>
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Sun, 22 Sep 2013 12:16:51
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
Reply-To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!


SIAPKAN MENTAL ANDA, BRO !!!

AW | 29E23EEA - Siang itu panas terik, saya sedang mengurusi proyek rumah murah di kota Pati yang terkenal dengan makanan nasi gandulnya. Mendadak ada sms masuk ke HP saya menawarkan lahan. Begini bunyi sms nya ;

"Pak AW, ada lahan 2 ha ditepi jalan raya Boyolali Solo dijual butuh uang oleh pemiliknya @ 200.000/m2. Bukan sawah, SHM."

Wow, murah juga nih kalau ditepi jalan raya cuma harga segitu. Mengingat saya ini typikal orang yang sangat responsif jika tahu ada opportunity bagus, maka tak menunggu lama saya langsung kontak kepada makelar tanah tersebut, mengatur waktu survei lahan. Saya langsung jadwalkan sore itu juga mau survei ke Boyolali. Dengar info bagus beginian mesti gerak cepat, supaya tak keburu disambar orang lain.

Habis makan siang di Pati, jam 13.00 tepat saya berangkat menuju Boyolali. Kudus - Demak - Semarang - Ungaran - Salatiga saya lewati. Bahkan saya tidak mampir ke rumah saya di Ungaran, demi mengejar waktu tiba di Boyolali. Saya berharap sampai disana masih sore sehingga bisa melihat dan memotret obyeknya dengan jelas. Saya janjian dengan makelar tanahnya bertemu di sebuah SPBU.

Jam 17.30 saya baru tiba disana. Sudah menjelang gelap. Buru-buru saya minta diantar ke lokasi, ternyata makelar (sebut saja Pengok, bukan nama sebenarnya, nama aslinya Amin) tersebut tidak tahu dimana obyek tanahnya. Waduuh, rupanya dia menawarkan dagangan milik sesama makelar tanah lainnya, bukan listing dagangannya sendiri.

Terpaksa saya menunggu kedatangan makelar lainnya, yang baru tiba jam 18.15. Setelah disela dengan menjalankan sholat maghrib dulu, tepat jam 18.35 kami berangkat survei.

Ternyata lahan yang ditawarkan tidak berada ditepi jalan raya Boyolali - Solo. Pak Pengok salah informasi. Kalaupun ada lahan yang dimaksudkan ditepi jalan raya Boyolali - Solo, hanya seluas 1,2 ha dan sudah diambil pihak lain untuk didirikan rumah sakit beberapa minggu yang lalu.

Makelar temannya pak Pengok tersebut mengatakan kepada saya bahwa lokasi lahannya masuk dari jalan raya kisaran 200 meter. Dia bertanya kepada saya tetap mau survei apa tidak? Jelas saya jawab mau survei meski kenyataannya sudah menyimpang dari info awal yang menyebutkan lahan berada ditepi jalan raya.

Berikutnya mobil saya mengikuti RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) yang menaiki 2 sepeda motor itu, memasuki sebuah jalan yang sepi dan gelap. Sesudah 10 menit berjalan, baru sampai ke lokasi lahan yang dimaksud. Estimasi saya jaraknya dari jalan raya hampir 1 kilometer, bukan 200 meter seperti apa kata RCTI.

Jalannya sempit kalau dilewati mobil bersimpangan. Eksisting ditumbuhi banyak gerumbul bambu. Kesannya wingit dan angker. Jarak dari rumah terdekat cukup jauh. Kesimpulan; saya tidak berminat. Kalau sekedar cari lahan macam beginian, tak perlu jauh-jauh ke Boyolali.

Sobat properti, anda mungkin membayangkan saya kecewa dan marah-marah mengalami kejadian seperti kisah diatas, kemudian mendamprat pek Pengok habis-habisan. Saya ditipu makelar tanah dengan informasi palsu yang tidak valid. Saya belain jauh-jauh datang survei dengan harapan menemukan lahan murah berlokasi strategis, nyatanya cuma disuguhi gerumbul bambu yang gelap gulita. Mungkin ada beberapa ekor genderuwo yang sedang nangkring diatas gerumbul bambu mentertawakan kedatangan saya kesitu.

Sejujurnya, saya 'agak kecewa', tapi tak sampai marah-marah apalagi ngambek kepada Rombongan Calo Tanah Indonesia (RCTI) itu. Saya tetap cool, bahkan usai survei saya masih rela mentraktir mereka makan nasi goreng babat sebagai makan malam kami.

Sobat properti, mentalitas saya sudah terlatih dan siap menghadapi kejadian-kejadian pahit akibat ulah RCTI seperti itu. Mindset saya sudah terprogram dengan pemahaman bahwa mencari lahan yang bagus dan murah (apalagi yang skim bayarnya lunak) tidaklah mudah. Perlu survei puluhan kali, mentraktir makelar puluhan kali, baru bisa ketemu lahan yang bagus dan siap dieksekusi.

Saya pernah survei lahan sampai ke Rembang, ternyata lahannya dibawah SUTET (tegangan tinggi) dan akses masuknya hanya bisa dilalui sepeda motor. Saya pernah diajak survei lahan bagus di Bekasi, saat saya menyatakan minat dan minta diantar ketemu pemilik, ternyata si pemilik menyatakan lahan tidak jadi dijual. Saya pernah ditunjukkan lahan bagus di Yogya, harganya juga cocok, sudah saya bayarkan uang tanda jadinya, eh saat lahan mau diukur baru ketahuan lokasinya salah. Yang paling banyak terjadi adalah saya suka lahannya dan cocok harganya, tapi pemilik tanah mintanya dibayar cash keras, padahal saya hanya mau bayar DP 15% dan sisanya diangsur sesuai laju penjualan.

Kekecewaan akibat ulah RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) atau ditolak penawarannya oleh pemilik tanah memang menyebalkan, tetapi tak sampai membuat saya patah arang dan malas merespon penawaran-penawaran lahan yang masuk berikutnya. Mentalitas saya sudah disiapkan mengalami kejadian seperti ini. Saya pakai rasio 50:1. Bahwa perlu survei lahan 50x, baru ketemu 1 lahan yang cocok untuk dieksekusi. Artinya saya bakal kecewa 49x guna mendapatkan 1 lahan yang mengandung 'opportunity&#39;.

Kenapa banyak pemula di bisnis property yang semula sudah rajin ikut workshop kesana kemari, dan membaca banyak literatur bisnis properti, ternyata mundur teratur sebelum sempat action? Alasannya karena mental mereka tidak terlatih menerima kekecewaan demi kekecewaan. Mereka berpikir bahwa cukup survei lahan 5 atau 6x, langsung ketemu lahan yang bisa dieksekusi. Begitu bayangan jauh dari kenyataan, passion mereka berburu lahan langsung turun. Satu demi satu pemburu lahan tersebut mundur teratur dan mendelete mimpinya menjadi pengusaha properti, sebelum sempat action sama sekali. Gara-gara RCTI, begitu kambing hitamnya. Atau mungkin malah menganggap pelajaran di workshop soal cara pinter jadi developer dengan mensiasati cara memperoleh lahan itu hanya pepesan kosong belaka.

Yang cukup beruntung biasanya adalah mereka yang didukung kemampuan permodalan melimpah, sehingga bisa membayar lahan secara tunai keras. Type seperti ini tak perlu survei lahan 50x dan mentraktir makan 50x untuk sekedar bisa mendapatkan 1 deal yang bagus. Bahkan jika beruntung ketemu penjual yang BU (butuh uang), mereka bisa mendapatkan lahan dibawah harga pasar. Tapi seberapa banyak sih peminat bisnis properti yang berstatus modal melimpah seperti ini? Yang banyak gentayangan di milist atau grup komunitas properti, biasanya justru yang modalnya cekak atau bahkan hanya bermodal skill dan membawa peluang saja.

Artikel ini sengaja saya tulis untuk memberi semangat serta motivasi kepada sobat-sobat properti (khususnya pemula) yang sedang melakukan aktivitas berburu lahan. Siapkan mentalitas anda untuk menerima kekecewaan. Jangan mudah patah arang apalagi putus asa. Jangan layu sebelum berkembang. Jangan pudar syahwat anda berburu lahan sebelum mendapatkan lahan yang bisa anda eksekusi. Selamat berjuang bro!!

PIN 29E23EEA / 25DCAE68 (banyak silaturahmi banyak rejeki)

Tue Sep 24, 2013 2:04 am (PDT) . Posted by:

"Erlangga D'HOME" erlangga_dhome

hehehe saya juga pernah pak mengalami kaya gitu

________________________________
Dari: RELINGTON LAND <relington.land@gmail.com>
Kepada: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Dikirim: Senin, 23 September 2013 18:06
Judul: Re: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!


 
Itu namanya belajar, pengalaman.
Tidak bisa didapat dibangku sekolah/kuliah.

Tidak semua kata RCTI serta merta kita langsung survey.

Cari teman untuk survey terlebih dahulu yg mengerti wilayah tersebut.

RELINGTON LAND
Land Management
Investment
Development

www.relingtonland.com
________________________________

From: "Iqbal Ir - @GriyaVerde" <iqbal.ybp22@griyaverde.com>
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Mon, 23 Sep 2013 11:22:43 +0200
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
ReplyTo: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: Re: [yukbisnisproperti] GARA GARA RCTI !!!
 
Mantap sekali sharingnya pak...

2013/9/22 ARI WIBOWO Jin Properti <ariwibowoproperti@gmail.com>

 
>
>SIAPKAN MENTAL ANDA, BRO !!!
>
>AW | 29E23EEA - Siang itu panas terik, saya sedang mengurusi proyek rumah murah di kota Pati yang terkenal dengan makanan nasi gandulnya. Mendadak ada sms masuk ke HP saya menawarkan lahan. Begini bunyi sms nya ;
>
>"Pak AW, ada lahan 2 ha ditepi jalan raya Boyolali Solo dijual butuh uang oleh pemiliknya @ 200.000/m2. Bukan sawah, SHM."
>
>Wow, murah juga nih kalau ditepi jalan raya cuma harga segitu. Mengingat saya ini typikal orang yang sangat responsif jika tahu ada opportunity bagus, maka tak menunggu lama saya langsung kontak kepada makelar tanah tersebut, mengatur waktu survei lahan. Saya langsung jadwalkan sore itu juga mau survei ke Boyolali. Dengar info bagus beginian mesti gerak cepat, supaya tak keburu disambar orang lain.
>
>Habis makan siang di Pati, jam 13.00 tepat saya berangkat menuju Boyolali. Kudus - Demak - Semarang - Ungaran - Salatiga saya lewati. Bahkan saya tidak mampir ke rumah saya di Ungaran, demi mengejar waktu tiba di Boyolali. Saya berharap sampai disana masih sore sehingga bisa melihat dan memotret obyeknya dengan jelas. Saya janjian dengan makelar tanahnya bertemu di sebuah SPBU.
>
>Jam 17.30 saya baru tiba disana. Sudah menjelang gelap. Buru-buru saya minta diantar ke lokasi, ternyata makelar (sebut saja Pengok, bukan nama sebenarnya, nama aslinya Amin) tersebut tidak tahu dimana obyek tanahnya. Waduuh, rupanya dia menawarkan dagangan milik sesama makelar tanah lainnya, bukan listing dagangannya sendiri.
>
>Terpaksa saya menunggu kedatangan makelar lainnya, yang baru tiba jam 18.15. Setelah disela dengan menjalankan sholat maghrib dulu, tepat jam 18.35 kami berangkat survei.
>
>Ternyata lahan yang ditawarkan tidak berada ditepi jalan raya Boyolali - Solo. Pak Pengok salah informasi. Kalaupun ada lahan yang dimaksudkan ditepi jalan raya Boyolali - Solo, hanya seluas 1,2 ha dan sudah diambil pihak lain untuk didirikan rumah sakit beberapa minggu yang lalu.
>
>Makelar temannya pak Pengok tersebut mengatakan kepada saya bahwa lokasi lahannya masuk dari jalan raya kisaran 200 meter. Dia bertanya kepada saya tetap mau survei apa tidak? Jelas saya jawab mau survei meski kenyataannya sudah menyimpang dari info awal yang menyebutkan lahan berada ditepi jalan raya.
>
>Berikutnya mobil saya mengikuti RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) yang menaiki 2 sepeda motor itu, memasuki sebuah jalan yang sepi dan gelap. Sesudah 10 menit berjalan, baru sampai ke lokasi lahan yang dimaksud. Estimasi saya jaraknya dari jalan raya hampir 1 kilometer, bukan 200 meter seperti apa kata RCTI.
>
>Jalannya sempit kalau dilewati mobil bersimpangan. Eksisting ditumbuhi banyak gerumbul bambu. Kesannya wingit dan angker. Jarak dari rumah terdekat cukup jauh. Kesimpulan; saya tidak berminat. Kalau sekedar cari lahan macam beginian, tak perlu jauh-jauh ke Boyolali.
>
>Sobat properti, anda mungkin membayangkan saya kecewa dan marah-marah mengalami kejadian seperti kisah diatas, kemudian mendamprat pek Pengok habis-habisan. Saya ditipu makelar tanah dengan informasi palsu yang tidak valid. Saya belain jauh-jauh datang survei dengan harapan menemukan lahan murah berlokasi strategis, nyatanya cuma disuguhi gerumbul bambu yang gelap gulita. Mungkin ada beberapa ekor genderuwo yang sedang nangkring diatas gerumbul bambu mentertawakan kedatangan saya kesitu.
>
>Sejujurnya, saya 'agak kecewa', tapi tak sampai marah-marah apalagi ngambek kepada Rombongan Calo Tanah Indonesia (RCTI) itu. Saya tetap cool, bahkan usai survei saya masih rela mentraktir mereka makan nasi goreng babat sebagai makan malam kami.
>
>Sobat properti, mentalitas saya sudah terlatih dan siap menghadapi kejadian-kejadian pahit akibat ulah RCTI seperti itu. Mindset saya sudah terprogram dengan pemahaman bahwa mencari lahan yang bagus dan murah (apalagi yang skim bayarnya lunak) tidaklah mudah. Perlu survei puluhan kali, mentraktir makelar puluhan kali, baru bisa ketemu lahan yang bagus dan siap dieksekusi.
>
>Saya pernah survei lahan sampai ke Rembang, ternyata lahannya dibawah SUTET (tegangan tinggi) dan akses masuknya hanya bisa dilalui sepeda motor. Saya pernah diajak survei lahan bagus di Bekasi, saat saya menyatakan minat dan minta diantar ketemu pemilik, ternyata si pemilik menyatakan lahan tidak jadi dijual. Saya pernah ditunjukkan lahan bagus di Yogya, harganya juga cocok, sudah saya bayarkan uang tanda jadinya, eh saat lahan mau diukur baru ketahuan lokasinya salah. Yang paling banyak terjadi adalah saya suka lahannya dan cocok harganya, tapi pemilik tanah mintanya dibayar cash keras, padahal saya hanya mau bayar DP 15% dan sisanya diangsur sesuai laju penjualan.
>
>Kekecewaan akibat ulah RCTI (Rombongan Calo Tanah Indonesia) atau ditolak penawarannya oleh pemilik tanah memang menyebalkan, tetapi tak sampai membuat saya patah arang dan malas merespon penawaran-penawaran lahan yang masuk berikutnya. Mentalitas saya sudah disiapkan mengalami kejadian seperti ini. Saya pakai rasio 50:1. Bahwa perlu survei lahan 50x, baru ketemu 1 lahan yang cocok untuk dieksekusi. Artinya saya bakal kecewa 49x guna mendapatkan 1 lahan yang mengandung 'opportunity&#39;.
>
>Kenapa banyak pemula di bisnis property yang semula sudah rajin ikut workshop kesana kemari, dan membaca banyak literatur bisnis properti, ternyata mundur teratur sebelum sempat action? Alasannya karena mental mereka tidak terlatih menerima kekecewaan demi kekecewaan. Mereka berpikir bahwa cukup survei lahan 5 atau 6x, langsung ketemu lahan yang bisa dieksekusi. Begitu bayangan jauh dari kenyataan, passion mereka berburu lahan langsung turun. Satu demi satu pemburu lahan tersebut mundur teratur dan mendelete mimpinya menjadi pengusaha properti, sebelum sempat action sama sekali. Gara-gara RCTI, begitu kambing hitamnya. Atau mungkin malah menganggap pelajaran di workshop soal cara pinter jadi developer dengan mensiasati cara memperoleh lahan itu hanya pepesan kosong belaka.
>
>Yang cukup beruntung biasanya adalah mereka yang didukung kemampuan permodalan melimpah, sehingga bisa membayar lahan secara tunai keras. Type seperti ini tak perlu survei lahan 50x dan mentraktir makan 50x untuk sekedar bisa mendapatkan 1 deal yang bagus. Bahkan jika beruntung ketemu penjual yang BU (butuh uang), mereka bisa mendapatkan lahan dibawah harga pasar. Tapi seberapa banyak sih peminat bisnis properti yang berstatus modal melimpah seperti ini? Yang banyak gentayangan di milist atau grup komunitas properti, biasanya justru yang modalnya cekak atau bahkan hanya bermodal skill dan membawa peluang saja.
>
>Artikel ini sengaja saya tulis untuk memberi semangat serta motivasi kepada sobat-sobat properti (khususnya pemula) yang sedang melakukan aktivitas berburu lahan. Siapkan mentalitas anda untuk menerima kekecewaan. Jangan mudah patah arang apalagi putus asa. Jangan layu sebelum berkembang. Jangan pudar syahwat anda berburu lahan sebelum mendapatkan lahan yang bisa anda eksekusi. Selamat berjuang bro!!
>
>PIN 29E23EEA / 25DCAE68 (banyak silaturahmi banyak rejeki)

Mon Sep 23, 2013 5:05 am (PDT) . Posted by:

tresno_rastafara

Salam kenal teman-teman YBP :)

Kami mencari rekan yang memiliki tanah di pinggir jalan raya yang berminat untuk kerjasama, akan kami bangun ruko dan bagi hasil.


Kami juga mencari tanah untuk dibangun kost atau rumah kontrakan.

Apabila ada teman-teman yang memiliki informasi bisa japri ke email saya.

Terima kasih :)

Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Mon Sep 23, 2013 5:05 am (PDT) . Posted by:

"@meykel - CEO PPI® Group" jualbeligadget

Seharusnya kalau rumahnya sdh laku, Developer yg punya hati nurani sdh pasti akan mengembalikan utuh.

Dibawa ke ranah hukum sangat bisa pak, krn memang sdh ada yurisprudensi utk kasus hukum yg serupa.

Rgds,
"M"

Sent from BlackBerry® on PPI® - The Properties Company Group!

-----Original Message-----
From: fendhy eko susanto <fendhysusanto@yahoo.com>
Sender: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Date: Fri, 20 Sep 2013 16:21:50
To: <yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
Reply-To: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Subject: [yukbisnisproperti] DP apakah hangus?

Dear all...
Minta bantuan sharing agan2 yang lebih berpengalaman...


Setahun yang lalu orang tua saya berminat untuk membeli sebuah rumah dan disepakati harga 700jt.
Saat itu penjual meminta DP sebesar 100jt sisanya dilunasi lwt KPR.


Tp pada kenyataannya orang tua hanya menyerahkan uang 25juta sebagai DP dan diterima walopun agak dgn berat hati.
Dalam kuitansi bermaterai hanya tertulis nominal (25jt), tanggal transaksi dan alamat rumah yang dijual.


Tidak ada klausul apapun, baik tanggal pelunasan kpn, apabila KPR ditolak bgmn kelanjutannya, dsb.


Singkat cerita, berhubung ada satu dan lain hal. Sy baru mengajukan KPR 3 atau 4 bulan setelah tanggal transaksi.
Dan ketika akan disurvey, pihak penjual menaikkan harga tiba2 menjadi 850juta nett. Kami keberatan pastinya..
Dan kami akhirnya memutuskan mundur dan meminta uang DP dikembalilkan saja.


Rentan masa 3bulan itu memang pihak penjual sering menghubungi kami kapan sisanya akan dibayar?
Tanpa ada penekanan apabila jangka waktu tertentu tidak ada kelanjutan maka uang hangus misalnya...
Saat ini rumah tersebut ada kabar sudah laku (kebetulan lokasi tidak jauh dr rmh kami, beda wilayah saja)
Dan saat ini kami ingin meminta DP yang sudah pernah dikasih. Tp pihak penjual hanya bersedia mengembalikan separo saja.
Kami masih menolak..


Pertanyaannya;
1. Apakah kami punya hak utk meminta uang DP bs dikembalikan utuh, atau seharusnya hangus?
2. Jika penjual bersikeras memberi separo apakah bisa dibawa ke ranah hukum dan siapa yang menang, mengingat bukti pembellian hanya kuitansi bermaterai tanpa klausul apapun?


Thank you all utk sharingnya
GBU all


-FES-

Tue Sep 24, 2013 2:02 am (PDT) . Posted by:

"tubaqus iqbal"

Secara bukti dasar hukum yg mau digugat secara perdata apanya pak? Hanya
keterangan Dp kedua belah pihak dn pengikat berupa materai, kasus jual beli
sebatas kwitansi banyak digunakan tanpa klausal rinci (krna wadah kwitansi
memang sangat kecil utk mengurai perjanjian sementara). Namun pembeli juga
jangan merasa diatas angin mengantung transaksi jual beli (dari cerita,
penjual sdh bolak balik menanyakan jual belinya, ada apa jual beli ini
ditunda 4bulan?), manusiawi jika penjual ingin semua urusannya cepat
selesai, kondisi saat ini, pengembalian Dp sebesar 25% sdh cukup
bijaksana...
On Sep 23, 2013 7:05 PM, "@meykel - CEO PPI� Group" <meykel.dpi@gmail.com>
wrote:

> **
>
>
> ** Seharusnya kalau rumahnya sdh laku, Developer yg punya hati nurani sdh
> pasti akan mengembalikan utuh.
>
> Dibawa ke ranah hukum sangat bisa pak, krn memang sdh ada yurisprudensi
> utk kasus hukum yg serupa.
>
> Rgds,
> "M"
> Sent from BlackBerry� on PPI� - The Properties Company Group!
> ------------------------------
> *From: * fendhy eko susanto <fendhysusanto@yahoo.com>
> *Sender: * yukbisnisproperti@yahoogroups.com
> *Date: *Fri, 20 Sep 2013 16:21:50 +0800 (SGT)
> *To: *<yukbisnisproperti@yahoogroups.com>
> *ReplyTo: * yukbisnisproperti@yahoogroups.com
> *Subject: *[yukbisnisproperti] DP apakah hangus?
>
>
>
> Dear all...
> Minta bantuan sharing agan2 yang lebih berpengalaman...
> Setahun yang lalu orang tua saya berminat untuk membeli sebuah rumah dan
> disepakati harga 700jt.
> Saat itu penjual meminta DP sebesar 100jt sisanya dilunasi lwt KPR.
> Tp pada kenyataannya orang tua hanya menyerahkan uang 25juta sebagai DP
> dan diterima walopun agak dgn berat hati.
> Dalam kuitansi bermaterai hanya tertulis nominal (25jt), tanggal transaksi
> dan alamat rumah yang dijual.
> Tidak ada klausul apapun, baik tanggal pelunasan kpn, apabila KPR ditolak
> bgmn kelanjutannya, dsb.
>
> Singkat cerita, berhubung ada satu dan lain hal. Sy baru mengajukan KPR 3
> atau 4 bulan setelah tanggal transaksi.
> Dan ketika akan disurvey, pihak penjual menaikkan harga tiba2 menjadi
> 850juta nett. Kami keberatan pastinya..
> Dan kami akhirnya memutuskan mundur dan meminta uang DP dikembalilkan
> saja.
> Rentan masa 3bulan itu memang pihak penjual sering menghubungi kami kapan
> sisanya akan dibayar?
> Tanpa ada penekanan apabila jangka waktu tertentu tidak ada kelanjutan
> maka uang hangus misalnya...
> Saat ini rumah tersebut ada kabar sudah laku (kebetulan lokasi tidak jauh
> dr rmh kami, beda wilayah saja)
> Dan saat ini kami ingin meminta DP yang sudah pernah dikasih. Tp pihak
> penjual hanya bersedia mengembalikan separo saja.
> Kami masih menolak..
>
> Pertanyaannya;
> 1. Apakah kami punya hak utk meminta uang DP bs dikembalikan utuh, atau
> seharusnya hangus?
> 2. Jika penjual bersikeras memberi separo apakah bisa dibawa ke ranah
> hukum dan siapa yang menang, mengingat bukti pembellian hanya kuitansi
> bermaterai tanpa klausul apapun?
>
> Thank you all utk sharingnya
> GBU all
>
> -FES-
>
>

Mon Sep 23, 2013 5:06 am (PDT) . Posted by:

"sutrisno gunawan" tris_as

Intinya tetap fokus pada goalnya ya pak....

Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android

Tue Sep 24, 2013 2:01 am (PDT) . Posted by:

"Wiwin Wijaya" wiwinwijaya

---- Just Sharing ---

Gara-gara TVRI ( Tanah Verponding, Ruislag, & Instansi terkait )

Tanah dengan status Eigendom Verponding biasanya berada di lokasi-lokasi yang strategis dan komersil
adapun contoh2 kasus yang disebabkan oleh status Tanah Verponding tsb, sbb:

-kasus tanah Eigendom milik Alm R. Surya Gondo Kusuma (mantan Gubernur
Jateng) yang dialih kepemilikan kepada Dinas Pembibitan Dep.Pertanian.
Karena dikategorikan tanah bangunan milik Belanda.

-Kasus PT Agung Podomoro dengan Donald Guilaime Wolfe ,perkara pemalsuan surat tanah di wilayah Sunter yg melibatkan Komisi Yudisial untuk turun tangan.

-kasus Tanah Eigendom milik pejuang Alm Dr Soetama. Beliau semula memiliki
tanah Eigendom seluas 7 Ha. Namun pada akhirnya hanya tersisa 2.400 M2
saja.

-kasus Makam Mbah Priok..., dsb

Tue Sep 24, 2013 2:04 am (PDT) . Posted by:

"iyan nuar" oyecit

semoga cepat laku ya Gan:)
 
Yanuar Hadi

________________________________
Dari: Suseno Agung <rohmadi02@gmail.com>
Kepada: yukbisnisproperti@yahoogroups.com
Dikirim: Minggu, 22 September 2013 6:47
Judul: [yukbisnisproperti] Dijual Cepat Hunian Asri di Klender, Duren Sawit , Jakarta Timur.


 
Dear Rekan-Rekan,
Dijual Cepat Hunian Asri di Klender, Duren Sawit , Jakarta Timur.
Spesifikasi:
-  SERTIFIKAT HAK MILIK
-  Luas Tanah/L.Bangunan : 300/180
- 4 Kamar Tidur  ( + AC 3 Unit )
- 2 Kamar Mandi
- 1 K. Pembantu
- 1 K.Mandi Pembantu
- Ruang Makan
- Ruang Keluarga

- Ruang Tamu
- Dapur Bersih
- Halaman Belakang + Kolam Ikan
- Teras depan dan Belakang plus Taman
- Tempat Jemur di atas ( Balkon )
- Garasi 1 Mobil + Carport 1 Mobil
-  Air Bersih : PAM + JetPump
- Listrik 2200 watt
Kondisi : Rumah masih di tempati dengan kondisi bersih tertata dan terawat dengan rapi
Harga : 2.5 M   #Nego Bijak
Kelebihan Rumah:
- Lokasi yang SANGAT STRATEGIS dan BEBAS BANJIR
- Sangat dekat dengan INDOMARET , PASAR BULAK , RAMAYANA Dept Store , Mall Citra
- Dekat dengan sekolahan TK-SD-SMP-SMA
- Banyak Angkutan Umum ( Metromini, Mikrolet,Bus Way)
- Dekat dengan sarana Ibadah
Lokasi : Jalan Bulak Raya , Klender , Duren Sawit
Photo : http://properti.tokobagus.com/rumah/rumah-asri-di-klender-duren-sawit-21692911.html
Bila ada yang berminat atau ada potential buyer bisa hubungi saya (komisi pasti ada).
 Peminat serius Hubungi : 0811 101 5636
Salam,
Agung

No comments:

Post a Comment